Fast Response

Whats'up 082242433432
Pin BB 56d4728f
Call 6282137593321
Line pusatdataid.com
YM jelly_jony
Home » » PENGEMBANGAN MODEL DALAM PERILAKU ORGANISASI

PENGEMBANGAN MODEL DALAM PERILAKU ORGANISASI



foto : shutterstock


Setelah kita membicarakan berbagai model dalam perilaku organisasi, sesuaidengan tuntutan moderenisasi manajemen dimasa depan, masih terbuka kemungkinan untuk mengembangkan model-model yang telah ada. Untuk maksud tersebut, kita batasidahulu pengertian model. Disini model dimaksudkan sebagai abstraksi dari realitas, yaitu penyederhanaan representasi dari beberapa fenomena dunia nyata. Analisi perilaku organisasi terdiri dari tiga tingkatan analisis, yang dimulai dari tingkatan individu bergerak menuju ketingkatan sistem organisasi yang selalu ditambahkan dengan pengertian perilaku organisasi kedalam analisis tersebut. Ketiga tingkatan tersebut tersusun seperti sebuah bangunan, setiap tingkat dibangun diatas tingkat sebelumnya.

Pengembangan model ini melibatkan tiga variabel penting dalam perilaku organisasi:
Variabel Tergantung (Dependent Variable)
Sebuah respons yang dipengaruhi oleh variabel bebas
Variabel Bebas (Independent Variable)
Sebuah variabel yang dianggap sebagai penyebab timbulnya perubahan pada variabel tergantung.
Variabel Antara (Moderating Variable)
Sebuah variabel yang mengurangi atau mempengaruhi efek dari variabel bebas terhadap variabel tergantung.

Variabel Tergantung
Yang penting dalam pengembangan model perilaku organisasi adalah produktivitas (prestasi kerja yang efekif dan efisien), absen kerja, pindah kerja, atau pemutusan kerja dan kepuasan kerja. Namun, stres ditempat kerja kadang dimasukkan pula disini.

a. Produktivita
Organisasi atau perusahaan dikatakan produktif kalau mencapai sasarannya secara efektif dan efisien (memenuhi kebutuhan organisasi dengan biaya yang rendah). Karena pentingnya produktivitas dalam perilaku organisasi ini, kita ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang akan mempengaruhi efektivitas dan efisiensi individu, kelompok, ataupun organisasi secara keseluruhan.
b. Absen Kerja
Biaya tahunan yang diderita oleh perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat dan Kanada karena masalah absen kerja ini masing-masing diperkirakan 40 dan 12 milyar dolar ($US). Satu hari absen dari seorang tenaga administrasi atau produksi rata-rata bisa merugikan perusahaan sampai 100 dolar karena menurunnya efisiensi dan meningkatkan pekerjaan atasan/pengawas (The Wall Street Journal, 1986). Oleh karena itu, menurunnya angka absen kerja serendah mungkin menjadi sangat penting untuksetiap perusahaan disana. Akan menjadi sulit bagi perusahaan untuk beroperasi dengan lancar kalau banyak karyawan tidak masuk kerja, bahkan pengambilan keputusan bisa tertunda karena hal itu.
Pada perusahaan-perusahaan dengan teknologi ban berjalan, absen kerja tidak hanya akan mengganggu kelancaran produksi, bahkan lebih drastis lagi, menurunnya kualitas produk yang bisa berakhir dengan ditutupnya fasilitas produksi. Tetapi, apakah semua absen kerja berakibat buruk? Ternyata, beberapa pengecualian berlaku disini, bahkan ada perusahaan yang bisa diuntungkan kalau ada karyawan memilih untuk tidak masuk kerja daripada dipaksakan masuk. Umpamanya, karyawan yang menderita keletihan atau stres yang berat yang jelas akan menurunkan produktivitasnya.

Pengecualian juga berlaku pada pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan kewaspadaan seperti ahli bedah atau pilot, akan lebih baik menguntungkan buat perusahaan jika mereka tidak masuk kerja daripada menunjukkan penampilan kerja yang jelek bila dipaksakan masuk. Biaya besar, yang mungkin terjadi karena kecelakaan, akan dapat dicegah. Demikian juga dikalangan manajer, lebih baik mereka absen daripada kerja, tetapi membuat keputusan yang jelek karena stres berat.

c. Pindah Kerja
Tingginya angka pindah kerja (pengunduran diri dari pekerjaan) pada sebuah perusahaan berarti meningkatnya program rekruitmen, seleksi, dan biaya pelatihan. Perpindahan kerja juga berarti terputusnya aktivitas perusahaan yang sudah berjalan efisien karena perginya karyawan yang telah menguasai dan mempunyai pengalaman dibidang itu dan karena persiapan untuk mencari gantinya yang sesuai. Sekalipun begitu, semua organisasi atau perusahaan yang pernah mengalami hal ini. Bahkan, kadang-kadang perpindahan kerja menguntungkan bila yang mengundurkan diri itu tenaga-tenaga yang marjinal, yang tidak bisa dikembangkan lagi. Hal ini malah bisa membuka kesempatan bagi perusahaan untuk mengganti mereka dengan tenaga-tenaga yang lebih berkualitas, baik dari segi keterampilan maupun moticasi, sehingga bisa menambah ide-ide yang baru dan segar untuk organisasi. Sayangnya, yang mengundurkan diri itu kebanyakan justru orang-orang yang berkualitas, dimana perusahaan tidak ingin kehilangan mereka.
d. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja dalam pengertian perilaku organisasi dapat didefinisikan sebagai sikap umum seseorang terhadap pekerjaannya yang berupa perbedaan antara penghargaan yang diterima dengan penghargaan yang seharusnya diterima menurut perhitungannya sendiri. Kepercayaan bahwa karyawan yang puas itu lebih produktif daripada karyawan yang tidak puas telah menjadi pegangan para manajer bertahun-tahun. Para peneliti dibidang kemanusiaan lalu mengusulkan agar kepuasan ini justru menjadi tujuan resmi sebuah organisasi. Tidak hanya kepuasan itu menurunkan angka absen kerja dan pindah kerja, tetapi perusahaan juga harus bertanggungjawab untuk memberikan kepuasan intristik. Oleh karena itu, meskipun kepuasan itu adalah sikap, bukan perilaku, kepuasan penting untuk dijadikan variabel tergantung dalam perilaku organisasi ini.

Variabel Bebas
Untuk mengetahui faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas, absen kerja, pindah kerja, dan kepuasan kerja, tentu saja kita akan berpaling pada variabel bebas ini. Telah lama dipercaya oleh para ahli bahwa perilaku organisasi paling mudah dipelajari sebagai model bangunan yang bertingkat, yang fondasinya adalah penngertian kita tentang perilaku individual.
a. Variabel-variabel pada tingkat individual
Sering dikatakan bahwa manajer itu, tidak seperti orangtua, harus bekerja dengan orang-orang yang telah berumur, bukan sejak kecil. Artinya orang ini telah mendapatkan didikan dan pengalaman dari orang-orang lain yang berhubungan dengannya sebelumnya. Hal ini untuk menegaskan bahwa orang tersebut masuk kedalam organisasi/perusahaan masing-masing dengan karateristik tertentu yang akan mempengaruhi perilaku ditempat kerja. Lebih jelas disebutkan disini, karakter-karakter tersebut diantaranya adalah karateristik pribadi atau biografik seperti umur, jenis kelamin, status perkawinan, ciri kepribadian, nilai-nilai dan sikapnya, dan tingkat kemampuannya. Karateristik ini akan berpengaruh sewaktu seseorang masuk dalam lingkungan kerja. Yang terpenting harus diingat adalah bahwa manajemen hanya sedikit dapat mengubahnya meskipun kenyataannya karateristik ini akan punya dampak pada perilaku karyawan. Masih ada lagi yang perlu disebutkan disini yaitu persepsi, pembuatan keputusan individual, proses belajar dan motivasi.

b. Variabel-variabel pada tingkat kelompok
Perilaku orang-orang dalam sebuah kelompok itu berbeda atau lebih dari sekedar menjumlahkan perilaku pperseorangan dalam caranya masing-masing. Kompleksitas dari model yang akan kita kembangkan lebih terasa lagi karena perilaku orang-orang didalam kelompok itu berbeda dengan perilaku mereka pada saat mereka sedang sendiri atau sedang diluar kelompoknya. Oleh karena itu, langkah berikutnya untuk lebih mengerti tentang perilaku organisasi adalah mempelajari perilaku kelompok, dimana orang-orang dalam kelompok itu dipengaruhi oleh corak perilaku yang diharapkan atau menjad standar komunikasi, proses pembuatan keputusan kelompok, tipe-tipe kepemimpinan, kekuatan dan politik, hubungan antar kelompok, dan tingkatan konflik yang semuanya akan mempengaruhi perilaku kelompok.

c. Variabel-variabel pada tingkat organisasi
Perilaku organisasi mencapai kompleksitas tertinggi jika kita menambahkan pengaruh struktur formal kedalam pengertian sebelumnya tentang perilaku individual dan perilaku kelompok. Sama dengan pengertian bahwa kelompok itu lebih dari sekedar menjumlahkan perilaku anggota-anggotanya, organisasi juga lebih dari sekedar menjumlahkan perilaku kelompoknya. Desain struktur organisasi formal, kebijakan dan praktik-praktik sumber daya manusia dalam organisasi, tingkatan stres ditempat kerja, kultur nasional tempat organisasi itu beroperasi dan kultur internal dalam organisasi, semuanya akan berdampak pada produktivitas, absen kerja, pindah kerja, dan kepuasan kerja.