Arus Kas untuk Pemegang saham
Jika membeli saham, kita dapat memperoleh dana tunai melalui dua cara yakni
:
1. Perusahaan membayar
dividen
2. Kita menjual saham
(kepada investor lainnya di pasar modal atau ke emiten / perusahaan yang
menjual sahamnya ke pada masyarakat)
Seperti obligasi, harga saham adalah nilai sekarang dari arus kas yang
diharapkan.
Contoh pembelian saham untuk 1 periode
Yang dimaksud dengan periode di sini, adalah seberapa lama emiten membayar
dividen. Pada contoh di sini, dividen dibayarkan setiap tahun sehingga 1
periode = 1 tahun.
Misalkan anda akan membeli saham PT Coba-Coba Ah dan diharapkan perusahaan
tersebut akan membayar dividen Rp 2.000 setelah 1 tahun kemudian, dan anda
berharap dapat menjual saham tersebut saat itu Rp 14.000. Jika anda menghendaki
hasil (return) sebesar 20% , berapa harga maksimum yang akan bayar untuk saham
tersebut?
Penjelasan : Harga saham = nilai yang akan dobayar saat ini (sekarang)
Sedangkan dividend an harga jual Rp 14.000 setahun kemudian sehingga perlu
dihitung nilai sekarangnya
Harga saham = (Rp 14.000 + Rp 2.000) / (1+20%) = Rp 13.330.
Dengan demikian , harga maksimum yang anda berani bayar untuk saham
tersebut adalah Rp 13.330.
Artinya bila saham tersebut dtawarkan dengan harga di atas Rp 13.330, maka
ditolak dan sebaliknya bila saham tersebut ditawarkan dengan harga di bawah Rp
13.330, maka saham tersebut dibeli.
Contoh pembelian atas saham yang ditahan selama 2 periode
Sekarang, bagaimana bila anda bermaksud menaham saham tersebut selama 2
tahun? Di samping dividen tahun pertama, anda berharap mendapatkan
dividen sebesar Rp2.100 pada tahun kedua dan harga jual saham pada akhir tahun
kedua sebesar Rp 14.700. Berapa yang anda bersedia membayar untuk saham
tersebut?
Harga saham = Rp 2.000 / (1+20%) + (Rp 2.100 + Rp 14.700) / (1+20%)^2 = Rp
13.330.
Contoh pembelian atas saham yang ditahan selama 3 periode
Akhirnya, bagaimana jika anda bermaksud menahan saham tersebut selama 3
tahun? Di samping dividen yang diperoleh tahun pertama dan kedua, anda berharap
mendapat dividen sebesar Rp 2.205 pada akhir tahun ketiga dan saham tersebut
diharapkan laku terjual sebesar Rp 15.435. Berapa harga yang anda bersedia
bayar untuk saham tersebut?
Harga saham = Rp 2.000 / (1+20%) + Rp 2.100/ (1+20%)^2 + (Rp 2.205 + Rp
15.435) / (1+20%)^3 = Rp 13.330.
Mengembangkan Model
Anda dapat terus melanjutkannya dengan menambahkan tahun-tahun berikutnya
di mana anda akan menjual saham tersebut (misal : di tahun ke empat, lima
dstna).
Anda dapat menemukan harga saham benar-benar meruapakan nilai sekarang dari
seluruh dividend yang akan diperoleh di masa mendatang.
Lalu, bagaimana kita dapat memperkirakan seluruh pembayaran dividen di masa
mendatang?
Memperkirakan Dividend : Kasus-kasus khusus
1. Dividen konstan
(pertumbuhan nihil / zero growth).
Perusahaan membayar dividen dalam jumlah (nilai) yang sama setiap periode
sampai selamanya. Hal ini mirip dengan saham preferen. Harga dihitung dengan
menggunakan rumus perpetuitas.
Harga saham = Dividen / hasil yang diharapkan
Rumus :
Po = D / R
Misalkan : PT Coba Melulu diharapkan membayar dividen Rp 500 setiap kuartal
(=3 bulan) dan return (hasil) yang diharapkan 10%. Berapa harga saham tersebut?
Hasil (return) per kuartal = 10% / 4 = 2,5%
Dividen / kuartal = Rp 500
Harga saham = Rp 500 / 2,5% = Rp 20.000
Dengan demikian bila saham emiten tersebut dijual di atas Rp 20.000, maka
ditolak. Harga jual yang bisa diterima oleh investor maksimum Rp 20.000.
2. Pertumbuhan dividen
konstan
Dividen yang dibagikan perusahaan akan meningkat dalam persentase yang
tetap setiap periodenya. Harga saham dihitung dengan menggunakan model
perpetuitas bertumbuh.
Rumus :
D1
Po
= --------------
R - g
Rumus ini dikenal juga sebagai rumus Gordon (Gordon merupakan penemunya).
D 1 = Do ( 1 + g)
G = growth = tingkat pertumbuhan
R = return = hasil yang diharapkan
Semakin tinggi tingkat pertumbuhan (g), maka harga saham akan semakin
meningkat pula (ingat g merupakan faktor pengurang dari R, sehingga semakin
besar pengurangnya maka pembaginya yakni r-g semakin kecil). Sebaliknya bila
tingkat return semakin besar, maka harga saham akan semakin kecil.
Misalkan PT Coba Melulu baru saja membayar dividen sebesar Rp 500 / saham. Diharapkan
besarnya dividen tersebut akan meningkat sebesar 2% setiap tahun. Jika pasar
menghendaki return sebesar 15%, berapa harga saham tersebut akan ditawarkan?
D1 = Do (1+2%) = Rp 500 x 1,02 = Rp 510
Po = D1 / (r-g) = Rp 510 / (15% - 2%) = Rp 3.920.
Contoh lain PT Coba Lagi diharapkan membayar dividen sebesar Rp 2.000
setahun kemudian. Jika dividen tersebut diharapkan bertumbuh sebesar 5% / tahun
dan tingkat return yang diharapkan sebesar 20%, berapa harga saham PT Coba
Lagi?
D1 = Rp 2.000 (perhatikan dividen yang diinformasikan dividen setahun
kemudian, sehingga tidak perlu dicari lagi)
Po = D1 / (r-g) = Rp 2.000 / (20% - 5%) = Rp 13.330.
Sehingga harga saham PT Coba Lagi ditawarkan dengan harga Rp 13.330 (bila
lebih tinggi, maka tidak akan dibeli oleh investor).
Contoh lain : PT Coba Dunk diharapkan membayar dividen sebesar Rp 4.000
pada periode mendatang, dan diharapkan dividen yang dibagiakn akan bertumbuh
sebesar 6% setiap tahun. Hasil (return) yang diharapkan sebesar 16%. Berapa
harga sahamnya saat ini?
Rp 4.000 merupakan dividen pada periode ke -1 sehingga tidak perlu
dikalikan lagi dengan (1+g)
Po = D1 / (r-g) = Rp 4.000 / (16% - 6%) = Rp 40.000
Berapa harganya pada tahun keempat?
D5 = D1 (1+g)^4 = Rp 4.000 x (1+6%)^4 = Rp 5.050.
Sehingga harga pada akhir tahun keempat =
P4 = D5/ (r-g) = Rp 5.050 / (16%-6%) = Rp 50.500.
Bila soalnya dibalik, diketahui harga akhir tahun keempat Rp 50.500
,sedangkan harga saat ini Rp 40.000, berapa return (hasil) yang diharapkan?
P4 = Po (1+r)^4
Rp50.500 = Rp 40.000 x (1+r) ^4
Rp 50.500 / Rp 40.000 = (1+r)^4
1,2625 = (1+r)^4
1 + r = 1,2625^(1/4) = 1,06
R = 1,06 – 1 = 0,06
R = 6%
Tingkat pertumbuhan harga sama dengan tingkat pertumbuhan dividen.
3. Pertumbuhan
supernormal
Pertumbuhan dividen tidak tetap awalnya, namun pada akhirnya pertumbuhannya
akan bersifat konstan juga. Harga saham dihitung dengan menggunakan model
tahapan berganda (multistage)
Misalkan PT Coba Ah diharapkan dapat meningkatkan pembayaran dividennya
sebesar 20% pada tahun pertama, lalu 15% pada tahun berikutnya. Setelah
itu dividen akan meningkat sebesar 5% setiap tahunnya sampai waktu tak
terhingga. Jika dividen yang dibagikan saat ini (Do) sebesar Rp 1.000 dan
return (hasil) yang diharapkan sebesar 20%, berapa harga saham PT Coba Ah?
Kuncinya : harga saham merupakan nilai sekarang dari seluruh dividen di
masa mendatang yang diharapkan.
D1 = Rp 1.000 x (1+20%) = Rp 1.200
D2 = Rp 1.200 x (1+20%) = Rp 1.380
D3 = Rp 1.380 x (1+20%) = Rp 1.449
Langkah pertama , kita harus menghitung harga di periode ke 2 (P2) yang
berasal dari dividen yang dibayarkan mulai tahun ketiga sampai waktu tak
terhingga.
P2 = D3 / (r-g) = Rp 1.449 / (20%-5%) = Rp 9.660
Lalu hitung nilai sekarang dari arus kas mendatang yang diharapkan
Po = D1/(1+r) + (D2+P2) / (1+r)^2
= Rp 1.200 / (1+20%) + (Rp 1.380 + Rp
9.660) / (1+20%)^2 = Rp 8.670
Menggunakan Metode Pertumbuhan Dividen Konstan (Gordon) untuk menentukan
retun yang diharapkan, Dividend Yield, Capital Gains Yield
Po = D1 / (r-g)
R – g = D1/Po
R = D1/Po + g
D1/Po adalah dividend yield
G = growth = capital gains yield
Dengan demikian return yang diharapkan = dividend yield +
capital gains yield
Contoh : misalkan saham PT Coba Atuh ditawarkan seharga Rp 10.500. PT Coba
Atuh baru saja membayar dividen sebesar Rp 1.000 (=Do) dan diharapkan dividen
bertumbuh sebesar 5% per tahun. Berapa return yang diharapkan?
D1 = Do (1+g) = Rp 1.000 x (1+5%) = Rp 1.050
Dividen yield = D1/Po = Rp 1.050/Rp 10.500 = 10%
Capital gains yield = g = 5%
R = D1/Po + g
= 10% + 5% = 15%
Metode Perhitungan Nilai Saham lainnya : Metode Angka Pengganda (Market
Multiple)
Juga dikenal sebagai metode perbandingan industry / perusahaan sejenis
(peer comparison method)
Nilai dari suatu perusahaan dihitung dengan menggunakan angka pengganda untuk
industry yang digeluti perusahaan dengan laba perusahaan tersebut.
Analis biasanya menggunakan angka pengganda berupa :
PER (Price-to-earnings) ratio = Market Price to EPS ratio = Market Price /
EPS
Market price = harga pasar saham
EPS = earning per share = laba per saham
Contoh : beradasarkan perusahaan-perusahaan sejenis yang dapat
dibandingkan, perkirakan PER yang sesuai. Kalikan PER dengan laba yang
diharapkan untuk mendapatkan nilai saham.
Misalkan : PER untuk industry retail (eceran) = 10x, bila laba per saham =
Rp 1.000 maka harga saham perusahaan tersebut adalah sbb :
PER = Market Price / EPS
10 x = Harga Pasar / Rp 1.000
Harga Pasar = 10 x Rp 1.000 = Rp 10.000
Masalah dalam menggunakan metode angka pengganda : sulit menemukan
perusahaan-perusahaan sejenis yang dapat dibandingkan.
Rasio rerata dari contoh perusahaan-perusahaan yang dibandingkan dapat
sangat bervariasi.
Misal : PER rata-rata dari perusahaan sejenis 20 namun range nya bisa dari
10 sampai 50.
Fitur dari Saham Biasa
- Hak Suara
- Hak untuk diwakili
bila berhalangan hadir dalam RUPS (proxy rights)
- Hak untuk Memesan
Saham Terlebih Dahulu yakni saat emiten menerbitkan saham baru , pemegang saham
lama dapat membeli saham baru (jika diinginkan) yang ditawarkan sesuai dengan
porsi saham yang dimilikinya sehingga komposisi kepemilikian tetap sama
- Jenis Saham
- Hak-hak lainnya
- Dividen yang dibagikan
sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki secara proporsional.
- Pembagian sisa aset
saat likuidasi (bubarnya perusahaan) juga tergantung besarnya saham yang
dimiliki secara proporsional.
Ciri-ciri Dividen
Dividen bukan merupakan kewajiban perusahaan sampai dividen diumumkan untuk
dibagikan oleh dewan direksi.
Konsekuensinya, suatu perusahaan tidak dapat bangkrut jika tidak
mengumumkan dan membagikan dividen.
Pembayaran dividen tidak termasuk biaya usaha, sehingga tidak dapat
mengurangi pajak yang dibayarkan perusahaan (not tax deductible)
Besarnya pajak atas dividen yang diterima individu berbeda-beda pada setiap
negara (untuk investor perorangan di Indonesia, pajak penghasilan yang dipotong
bersifat final sebesar 10%)
Ciri-ciri Saham Preferen
1. Dividen saham preferen
harus dibayar sebelum dilakukan pembayaran dividen ke pemegang saham biasa.
2. Dividen bukan
merupakan liabilitas (kewajiban) perusahaan
3. Kebanyakan dividen
saham preferen bersifat kumulatif yakni bila dividen saham preferen gagal
dibayar maka harus dibayar sebelum pembayaran dividen kepada pemegang saham
biasa.
4. Pemegang saham
preferen tidak memiliki hak suara.
Contoh : jika saham preferen dengan dividen tahuan sebesar Rp 5.000
ditawarkan sebesar Rp 50.000 / lembar, berapa return yang diharapkan dari saham
preferen tersebut?
Po = D / r
R = D / Po = Rp 5.000 / Rp 10.000 = 10%
Return yang diharapkan dari saham preferen tersebut sebesar 10%.
Pertanyaan untuk Evaluasi
1. Apa saja cash-inflow
yang berasal dari investasi pada saham?
2. Apa rumus dari nilai
saham?
3. Sebutkan 3 kasus
khusus untuk memperkirakan besarnya dividen!
4. Apa yang dimaksud
dengan zero growth? Apa rumus nilai saham bila pertumbuhan dividennya nihil?
5. Apa yang dimaksud
dengan constant dividend growth model? Apa nama lain dari dividen growth model?
Apa rumus nilai saham bila pertumbuhan dividennya konstan?
6. Bagaimana hubungan
antara harga saham dengan pertumbuhan dividen?
7. Apa yang dimaksud
dengan non-constant growth? APa rumus untuk menghitung harga saham bila terjadi
non-constant growth?
8. Apa rumus untuk
menghitung required return dengan dividend growth model? Apa hubungan antara
required return dengan dividend yield dan capital gain yield?
9. Apa yang dimaksud
dengan market multiple method (peer comparison method) dalam menentukan nilai
saham? Apa kendala dari penggunaan metode ini?
10. Apa ciri-ciri utama dari saham biasa?
11. Apa ciri-ciri dan karakteristik dari
dividen?
12. Apa ciri-ciri utama dari saham preferen?
Apa rumus untuk menghitung harga saham preferen?
13. Apa yang dimaksud dengan pasar modal?
0 komentar:
Posting Komentar