foto : shutterstock
Setelah kita
membicarakan berbagai model dalam perilaku organisasi, sesuaidengan
tuntutan moderenisasi manajemen dimasa depan, masih terbuka
kemungkinan
untuk mengembangkan model-model yang telah ada. Untuk maksud
tersebut, kita batasidahulu pengertian model. Disini model
dimaksudkan sebagai abstraksi dari realitas, yaitu penyederhanaan
representasi dari beberapa fenomena dunia nyata. Analisi perilaku
organisasi terdiri dari tiga tingkatan analisis, yang dimulai dari
tingkatan individu bergerak menuju ketingkatan sistem organisasi yang
selalu ditambahkan dengan pengertian perilaku organisasi kedalam
analisis tersebut. Ketiga tingkatan tersebut tersusun seperti sebuah
bangunan, setiap tingkat dibangun diatas tingkat sebelumnya.
Pengembangan model
ini
melibatkan tiga variabel penting dalam perilaku organisasi:
•
Variabel Tergantung
(Dependent Variable)
Sebuah respons yang
dipengaruhi oleh variabel bebas
•
Variabel Bebas
(Independent Variable)
Sebuah
variabel yang dianggap sebagai penyebab timbulnya perubahan pada
variabel tergantung.
•
Variabel Antara
(Moderating Variable)
Sebuah
variabel yang mengurangi atau mempengaruhi efek dari variabel bebas
terhadap variabel tergantung.
Variabel Tergantung
Yang
penting dalam pengembangan model perilaku organisasi adalah
produktivitas (prestasi kerja yang efekif dan efisien), absen kerja,
pindah kerja, atau pemutusan kerja dan kepuasan kerja. Namun, stres
ditempat kerja kadang dimasukkan pula disini.
a.
Produktivita
Organisasi atau
perusahaan dikatakan produktif kalau mencapai sasarannya secara
efektif dan efisien (memenuhi kebutuhan organisasi dengan biaya yang
rendah). Karena pentingnya produktivitas dalam perilaku organisasi
ini, kita ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang akan
mempengaruhi efektivitas dan efisiensi individu, kelompok, ataupun
organisasi secara keseluruhan.
b. Absen
Kerja
Biaya tahunan yang
diderita oleh perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat dan
Kanada karena masalah absen kerja ini masing-masing diperkirakan 40
dan 12 milyar dolar ($US). Satu hari absen dari seorang tenaga
administrasi atau produksi rata-rata bisa merugikan perusahaan sampai
100 dolar karena menurunnya efisiensi dan meningkatkan pekerjaan
atasan/pengawas (The Wall Street Journal, 1986). Oleh karena itu,
menurunnya angka absen kerja serendah mungkin menjadi sangat penting
untuksetiap perusahaan disana. Akan menjadi sulit bagi perusahaan
untuk beroperasi dengan lancar kalau banyak karyawan tidak masuk
kerja, bahkan pengambilan keputusan bisa tertunda karena hal itu.
Pada
perusahaan-perusahaan dengan teknologi ban berjalan, absen kerja
tidak hanya akan mengganggu kelancaran produksi, bahkan lebih drastis
lagi, menurunnya kualitas produk yang bisa berakhir dengan ditutupnya
fasilitas produksi. Tetapi, apakah semua absen kerja berakibat buruk?
Ternyata, beberapa pengecualian berlaku disini, bahkan ada perusahaan
yang bisa diuntungkan kalau ada karyawan memilih untuk tidak masuk
kerja daripada dipaksakan masuk. Umpamanya, karyawan yang menderita
keletihan atau stres yang berat yang jelas akan menurunkan
produktivitasnya.
Pengecualian juga
berlaku pada pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan kewaspadaan
seperti ahli bedah atau pilot, akan lebih baik menguntungkan buat
perusahaan jika mereka tidak masuk kerja daripada menunjukkan
penampilan kerja yang jelek bila dipaksakan masuk. Biaya besar, yang
mungkin terjadi karena kecelakaan, akan dapat dicegah. Demikian juga
dikalangan manajer, lebih baik mereka absen daripada kerja, tetapi
membuat keputusan yang jelek karena stres berat.
c. Pindah
Kerja
Tingginya angka
pindah kerja (pengunduran diri dari pekerjaan) pada sebuah
perusahaan berarti meningkatnya program rekruitmen, seleksi, dan
biaya pelatihan. Perpindahan kerja juga berarti terputusnya aktivitas
perusahaan yang sudah berjalan efisien karena perginya karyawan yang
telah menguasai dan mempunyai pengalaman dibidang itu dan karena
persiapan untuk mencari gantinya yang sesuai. Sekalipun begitu, semua
organisasi atau perusahaan yang pernah mengalami hal ini. Bahkan,
kadang-kadang perpindahan kerja menguntungkan bila yang mengundurkan
diri itu tenaga-tenaga yang marjinal, yang tidak bisa dikembangkan
lagi. Hal ini malah bisa membuka kesempatan bagi perusahaan untuk
mengganti mereka dengan tenaga-tenaga yang lebih berkualitas, baik
dari segi keterampilan maupun moticasi, sehingga bisa menambah
ide-ide yang baru dan segar untuk organisasi. Sayangnya, yang
mengundurkan diri itu kebanyakan justru orang-orang yang berkualitas,
dimana perusahaan tidak ingin kehilangan mereka.
d. Kepuasan
Kerja
Kepuasan kerja
dalam pengertian perilaku organisasi dapat didefinisikan sebagai
sikap
umum seseorang terhadap pekerjaannya yang berupa perbedaan antara
penghargaan yang diterima dengan penghargaan yang seharusnya diterima
menurut perhitungannya sendiri. Kepercayaan bahwa karyawan yang puas
itu lebih produktif daripada karyawan yang tidak puas telah menjadi
pegangan para manajer bertahun-tahun. Para peneliti dibidang
kemanusiaan lalu mengusulkan agar kepuasan ini justru menjadi tujuan
resmi sebuah organisasi. Tidak hanya kepuasan itu menurunkan angka
absen kerja dan pindah kerja, tetapi perusahaan juga harus
bertanggungjawab untuk memberikan kepuasan intristik. Oleh karena
itu, meskipun kepuasan itu adalah sikap, bukan perilaku, kepuasan
penting untuk dijadikan variabel tergantung dalam perilaku organisasi
ini.
Variabel
Bebas
Untuk mengetahui
faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas,
absen kerja, pindah kerja, dan kepuasan kerja, tentu saja kita akan
berpaling pada variabel bebas ini. Telah lama dipercaya oleh para
ahli bahwa perilaku organisasi paling mudah dipelajari sebagai model
bangunan yang bertingkat, yang fondasinya adalah penngertian kita
tentang perilaku individual.
a.
Variabel-variabel pada tingkat individual
Sering dikatakan
bahwa manajer itu, tidak seperti orangtua, harus bekerja dengan
orang-orang yang telah berumur, bukan sejak kecil. Artinya orang ini
telah mendapatkan didikan dan pengalaman dari orang-orang lain yang
berhubungan dengannya sebelumnya. Hal ini untuk menegaskan bahwa
orang tersebut masuk kedalam organisasi/perusahaan masing-masing
dengan karateristik tertentu yang akan mempengaruhi perilaku ditempat
kerja. Lebih jelas disebutkan disini, karakter-karakter tersebut
diantaranya adalah karateristik pribadi atau biografik seperti umur,
jenis kelamin, status perkawinan, ciri kepribadian, nilai-nilai dan
sikapnya, dan tingkat kemampuannya. Karateristik ini akan berpengaruh
sewaktu seseorang masuk dalam lingkungan kerja. Yang terpenting harus
diingat adalah bahwa manajemen hanya sedikit dapat mengubahnya
meskipun kenyataannya karateristik ini akan punya dampak pada
perilaku karyawan. Masih ada lagi yang perlu disebutkan disini yaitu
persepsi, pembuatan keputusan individual, proses belajar dan
motivasi.
b.
Variabel-variabel pada tingkat kelompok
Perilaku
orang-orang dalam sebuah kelompok itu berbeda atau lebih dari sekedar
menjumlahkan perilaku pperseorangan dalam caranya masing-masing.
Kompleksitas dari model yang akan kita kembangkan lebih terasa lagi
karena perilaku orang-orang didalam kelompok itu berbeda dengan
perilaku mereka pada saat mereka sedang sendiri atau sedang diluar
kelompoknya. Oleh karena itu, langkah berikutnya untuk lebih mengerti
tentang perilaku organisasi adalah mempelajari perilaku kelompok,
dimana orang-orang dalam kelompok itu dipengaruhi oleh corak perilaku
yang diharapkan atau menjad standar komunikasi, proses pembuatan
keputusan kelompok, tipe-tipe kepemimpinan, kekuatan dan politik,
hubungan antar kelompok, dan tingkatan konflik yang semuanya akan
mempengaruhi perilaku kelompok.
c.
Variabel-variabel pada tingkat organisasi
Perilaku organisasi
mencapai kompleksitas tertinggi jika kita menambahkan pengaruh
struktur formal kedalam pengertian sebelumnya tentang perilaku
individual dan perilaku kelompok. Sama dengan pengertian bahwa
kelompok itu lebih dari sekedar menjumlahkan perilaku
anggota-anggotanya, organisasi juga lebih dari sekedar menjumlahkan
perilaku kelompoknya. Desain struktur organisasi formal, kebijakan
dan praktik-praktik sumber daya manusia dalam organisasi, tingkatan
stres ditempat kerja, kultur nasional tempat organisasi itu
beroperasi dan kultur internal dalam organisasi, semuanya akan
berdampak pada produktivitas, absen kerja, pindah kerja, dan kepuasan
kerja.